Surga

Penghuni Surga abadi di dalam Surga, senantiasa muda, dalam keadaan bahagia, bersandar diatas ranjang, senantiasa dalam keteduhan karena tidak ada matahari, pakaian nya tidak pernah rusak, tidak merasakan lelah, tidak ada rasa dengki terhadap penghuni Surga lainya. Read more

Monday, July 22, 2013

Mengingatkan Beribadah


    Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita mengalami kesulitan untuk megingatkan teman/saudara dalam hal beribadah. Terkadang terbesit rasa 'sungkan' untuk mengingatkannya. Padahal beribadah (misalnya shalat) adalah hal yang wajib dilakukan oleh seluruh umat muslim. Berikut adalah secuil ulasan mengenai mengingatkan beribadah

    Cara membangunkan muslim agar sholat
    1. Membangunkan dia sebelum masuk waktu sholat, hukumnya SUNNAH agar dia bisa jamaah di awal waktu sholat

    1. Membangunkan dia sesudah masuk waktu sholat, hukumnya FARDHU KIFAYAH atas orang yang tahu situasinya, karena dia telah sadar ketika waktu sholat sudah masuk. Hal ini termasuk amar ma'ruf (memerintahkan kebaikan)

    Apabila lupa hingga tidak melaksanakan sholat, maka jika lupa karena perbuatan ibadah (mambaca Al-Quran, dll) maka tidak apa/tidak berdosa. Jika lupa bukan karena ibadah (main catur, dll) maka tidak boleh/berdosa.

    Amar ma'ruf & nahi munkar (memerintahkan ibadah & mencegah kemunkaran) memiliki syarat" di EMPAT SISI :
    1. Yang memrintah/melarang
    1. Yang diperintah/dilarang
    1. Jenis perbuatan
    1. Cara memrintah/melarang
    Jika terpenuhi maka menjadi fardhu kifayah, jika tidak terpenuhi salah satu syarat saja maka hukum amar ma'ruf & nahi munkar berubah menjadi sunah/mubah/haram, tergantung syarat apa yang tidak terpnuhi.
    Diantara syarat dari sisi Yang Memrintah/Melarang adalah nasehatnya didengarkan.



Istikhoroh


Sering kali kita dilanda kebingungan dalam memilih. Dalam Islam, ketika kita sedang ragu/bimbang terhadap suatu pilihan, disunnahkan untuk melakukan shalat istikhoroh agar diberikan petunjuk oleh Allah mana pilihan yang lebih baik untuk kita tempuh. Agar kita diberikan petunjuk setelah sholat istikhoroh maka kita perlu mengetahui bagaimana cara melaksanakan shalat istikhoroh yang baik.. mari kita simak ulasan berikut ini mengenai sholat istikhoroh

Sholat istikhoroh adalah shalat 2 rakaat yang dilaksanakan ketika sedang mengalami kebimbangan akan sebuah pilihan. Solat istikhoroh bisa dilakukan kapan saja, tidak harus malam hari, tidak harus setelah bangun tidur.

Niatkan di hati ketika takbir 'saya sholat istkhoroh'
Selanjutnya seperti biasa. Tapi usahakan membaca Surat Al-kafirun di rakaat pertama (stelah alfatihah), Surat Al-ikhlas di rakaat kedua (setlah al fatihah).
Slesai sholat membaca surat yasin. Lalu berdoa, bahasa arab atau indonesia, isinya :
'Ya Allah sesungguhnya engkau Tuhan Maha Mengetahui sedangkan aku hanyalah hambamu yang lemah yang tidak tahu apa", Maka tunjukkanlah aku sesuatu yang menurutMu baik bagiku di dalam semua perkara yang akan aku lakukan ini, Jika itu terbaik bagiku maka mudahkanlah & berkahilah,  jika tidak maka jauhkanlah dariku. Kabulkan lah doaku berkat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam'
(Awali dan akhiri doa dengan: membaca alhamdulillah & sholawat kapada Nabi. Itu termasuk adab dalam brdoa. Dalam hadis orang yang bersholawat sebelum & sesudah berdoa maka doanya dikabulkan)

Setelah berdoa, lalu tidur, nanti insyaAllah petunjuknya ada di dalam mimpi.
Kemantapan hati setelah berdoa juga termasuk petunjuk, tapi lebih akurat mimpi, karena hati masih sering digoyang setan, jadi takut tidak bisa membedakan mana yang mantap & baik. Lihat mimpinya saja. Bila tidak bermimpi, atau mimpi tapi tidak berkaitan dengan istikhoroh, maka lakukan seperti itu lagi (dari sholat sampai tidur) sampai mimpi yang berkaitan dengan istikharah. Ingat, tidurnya harus dalam keadaan suci dari hadas kecil & besar. Karena bila tidak suci, maka mimpi itu tidak djamin dari Allah, melainkan mungkin dari setan.




Melamar Seorang Wanita Sholihah



Salah satu proses menuju pernikahan adalah melamar. Melamar seorang wanita sholihah tentu tidak bisa sembarangan, karena hubungan yang diharapkan ke depan adalah hubungan yang baik, yang diridhoi oleh Allah. Nah, bagaimana cara melamar seperti yang dituntunkan oleh Nabi? 

Proses lamaran yg baik & benar sesuai ajaran Nabi:
Laki" tersebut atau wakilnya (ayah, paman, ustad, teman dll) datang ke ayah perempuan itu lalu mengucap:

"Bismillahirrohmanirrohim..." (membaca basmalah)
"Alhamdulillahirrobbil'alamin..." (membaca hamdalah)
"Wassholatu wassalamu 'ala sayyidil mursalin, wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in..." (membaca sholawat)
"Ushikum wanafsiya bitaqwallah..." (nasehat untuk brtaqwa)
"Amma ba'du"
"Saya datang ke sini barmaksud untuk melamar anak bapak yg bernama Juminten"

Kemudian,  jika mereka menerima maka cara menjawabnya:

(Membaca basmalah sperti tadi)
(Membaca hamdalah sperti tdi)
(Membaca sholawat sperti tadi)
(Nasehat untuk bertaqwa sperti tadi)
"Amma ba'du"
"Lamaran kamu diterima"

Tapi bila yang berbicara itu wakil nya calon suami maka, kalimatnya menjadi:
"Saya datang kesini"
Diganti
"Aam datang kesini"

Untuk pihak perempuan, tidak masalah untuk menunda jawaban untuk berfikir terlebih dahulu, bahkan berfikir-musyawarah-istikharah itu dianjurkan sebelum melakukan apapun, agar: Tidak salah memilih, tidak salah langkah, bisa terlaksana dengan baik.
Apalagi bila urusan menikah yang mana suami-istri akan menjalin hubungan mulia seumur hidup (insyaAllah tidak terjadi perceraian).
Bila sudah istikharah-musyawarah-berfikir & cocok maka jwabannya seperti itu
Tapi bila tidak cocok maka tidak usah djawab alias didiamkan saja agar laki" itu tidak sakit hati. Semua orang yang mengerti ajaran Islam tahu kalau didiamkan berhari" itu tandanya tidak ditrima lamarannya. Otomatis dia menyadari  juga kalau pihak perempuan tidak suka laki" itu (entah tidak suka akhlaknya, wajahnya, pendidikan agamanya yang kurang, dll). Didiamkan itu lebih daripada: Dijelaskan kalau "lamaran anda tidak diterima" atau "mungkin masih belum jodohnya" Dll

Dalam akad nikah harus ada mahar/mas kawin. Nah mas kawin itu tidak harus cincin, apapun bisa, asalkan barang yang bisa dijual seperti penggaris, buku, pakaian, dll. Disunahkan (dianjurkan) mas kawin itu tidak kurang dari 10 dirham dan tidak lebih dari 500 dirham (1 dirham : 2,33 g)

Calon istri yang baik & calon keluarga yang sakinah (tentram)-mawaddah (cinta)-warahmah (kasih sayang) adalah yang tidak mengatakan 'saya ingin mas kawin segini'
Tapi dengan sopan menjawab 'Terserah mempelai laki" saja'. Nabi shallallahu alaihi wasallam brsabda: 'Perempuan/keluarga yang penuh dengan berkah adalah yang mempermudah/sedikit mas kawin nya"

Sampai sekarang saya belum pernah dengar dari guru atau ketemu di kitab kalau "dianjurkan memberi sesuatu (cincin, dll) ktika lamaran"

Saya juga belum pernah mendengar dari guru atau ketemu di kitab "sebaiknya jarak lamaran-nikah itu bagaimana", tapi dalam hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam: "Terburu2 itu dari setan, kecuali d dlm 5 hal, salah satunya adalah Menikahakan anak perempuan jika sudah baligh". Maka sebaiknya segera menikah, apalagi kita hidup di zaman yang penuh dengan godaan.
Tapi, orang tua (mungkin berdasarkan pengalaman beliau) berkata:
"Sebaiknya jangan jauh" jarak lamaran-menikah"
Nah Nabi brsabda:
"Ambillah hikmah (nasehat/ilmu yang bermanfaat) meski dari mulut babi"

Antara lamaran-menikah sbaiknya tidak ada hubungan apapun antara calon suami & calon isteri, tidak ada diskon atau dibolehkan ini-itu meski sudah diterima lamarannya, jadi statusnya seperti sebelum lamaran. Hubungan untuk persiapan pernikahan itu boleh bagi orang tua laki" dengan orang tua perempuan (bicarakan tnggal acara, mengundang siapa saja, tempat akad & jamuan tamu, dll)

Minimalnya lamaran itu menyampaikan ke orang tua perempuan kalo kita melamarnya. Kalimatnya apa aja boleh, asal mengandung makna itu & sopan. Khitbah/lamaran adalah permintaan laki" menikahi perempuan. Maka kalimat tadi sudah cukup karena sudah mengandung definisi lamaran. Tapi sebaiknya (disunahkan) baca basmalah, dst seperti tadi, mengikuti ajaran Nabi kita shallallahu alaihi wasallam.



Thursday, June 13, 2013

Sholat (Part 6)



Allah Yang Maha Kuasa berfirman
{   وَأَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ   }
“Dan laksanakanlah sholat” (Al Quran Surat Al Baqarah : 43)

Perkara yang membatalkan sholat ada 14, yaitu :
1.       Terkena hadas kecil atau hadas besar
Yang menyebabkan hadas kecil ada 4 :
1. Keluar sesuatu dari kemaluan depan atau belakang 
2. Hilang akal 
3. Menyentuh kemaluan sendiri dengan telapak tangan bagian dalam 
4. Menyentuh kulit pria/wanita bukan mahram

Yang menyebabkan hadas besar ada 6 :
1. Keluar mani 
2. Masuknya kulup kemaluan pria ke bagian dalam kemaluan (depan atau belakang) manusia atau hewan 3. Meninggal 
4. Haid 
5. Nifas 
6. Melahirkan

2.       Badan atau pakaian terkena najis (yang tidak dimaafkan) yang tidak segera dibuang (lewat ½ detik)
NB : cara membuang najis itu dengan tidak membawa atau memegang barang yang terkena najis

3.       Terbuka aurat yang tidak segera ditutup
Jika terbuka aurat karena angin lalu segera ditutup (belum ½ detik) maka sah sholatnya.
Tetapi jika terbukanya bukan karena angin, maka sholatnya batal meski sudah ditutup dengan segera

4.       Dalam keadaan ingat (kalau sedang sholat) dan sengaja mengucapkan 2 huruf atau 1 huruf yang bermakna
Misal : 2 huruf “aa” atau “ui” atau 1 huruf yang bermakna “i” (saya) dengan bahasa inggris

5.       Melakukan sesuatu yang membatalkan puasa
Yang membatalkan puasa ada 11 :
1. Murtad 
2. Haid 
3. Nifas 
4. Melahirkan 
5. Gila meskipun sebentar 
6. Pingsan yang disengaja dari shubuh – maghrib 
7. Mabuk yang disengaja dari shubuh – maghrib 
8. Masuknya sesuatu kedalam tubuh melalui lubang yang terbuka 
9. Sengaja muntah 
10. Keluar mani dengan sentuhan dan syahwat 
11. Masuknya kulup kemaluan pria ke bagian dalam kemaluan (depan atau belakang) manusia atau hewan
NB : jika no. 8 – 11 dilakukan dengan sengaja dan tidak ada paksaan maka membatalkan sholat dan puasa

6.       Makan atau minum dengan kadar yang banyak meskipun lupa
Kadar yang sedikit seperti biji bijan, setengah biji nasi, satu tetes air

7.       Bergerak 3x dengan berturut-turut meskipun lupa
Misal kedua tangan bergerak yang diiringi dengan gerakan kepala
8.       Melompat

9.       Memukul atau menendang sampai semua badan ikut bergerak

10.   Menambah rukun perbuatan dengan sengaja
Misal : setelah i’tidal melakukan ruku’ lagi
Di dalam sholat ada 17 rukun, yang terbagi menjadi 3 macam :
1. Rukun hati : niat
2. Rukun perbuatan : berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk untuk tasyahud akhir, thuma’ninah di empat tempat (ruku’, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud), tertib
3. Rukun ucapan : takbiratul ihram, membaca al fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca sholawat kepada Nabi di tasyahud akhir, salam

11.   Mendahului imam atau terlambat darinya dengan 2 rukun perbuatan tanpa udzur
Contoh mendahului : imam masih berdiri tapi makmum sedang turun untuk sujud. Atau imam masih berdiri, ketika imam akan ruku’ ternyata makmum i’tidal, ketika imam akan i’tidal ternyata makmum sujud (mendahului imam dengan 2 rukun perbuatan, ruku’ dan i’tidal).
Contoh terlambat : Makmum masih berdiri, sedangkan imam sedang turun untuk sujud.

12.   Berniat keluar dari sholat
Ketika sholat, di dalam hati berniat keluar dari sholat “saya keluar dari sholat”

13.   Menggantungkan keluarnya dari sholat dengan sesuatu
Ketika sholat, di dalam hati berniat “jika teman saya datang maka saya keluar dari sholat”

14.   Ragu-ragu untuk keluar dari sholat
Ketika sholat, di dalam hati ragu-ragu apakah keluar dari sholat atau tidak

Sholat (Part 5)



Allah Yang Maha Kuasa berfirman
{   وَأَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ   }
“Dan laksanakanlah sholat” (Al Quran Surat Al Baqarah : 43)

Rukun sholat adalah sesuatu yang harus dipenuhi di dalam sholat.
Rukun-rukun sholat ada 17 :
1.    Berdiri bagi yang mampu
Sholat yang wajib (misal sholat dhuhur, sholat yg dinadzari, dll) harus dilaksanakan dengan berdiri jika mampu.
Sedangkan sholat sunnah (misal sholat dhuha) boleh dilakukan dengan duduk atau berbaring miring (akan tetapi waktunya ruku’ dan sujud harus duduk) meski mampu berdiri.

2.    Takbiratul ihram
Lafadz takbiratul ihram adalah أَللَّهُ أَكْبَرُ dan ketika mengucapkan nya harus terdengar oleh telinga sendiri (jika tidak terdengar dikarenakan volume pengucapan nya terlalu kecil misalnya, maka tidak sah takbiratul ihram nya)

3.    Niat
Ketika Takbiratul Ihram hati berniat “أُصَلِّىفَرْضَ الظُّهْرِ “ atau “saya sholat fardhu dhuhur” atau bahasa lain nya, yang penting mengandung 3 poin (saya sholat, fardhu, dhuhur/ashar)

4.    Membaca Surat Al Fatihah
Basmalah termasuk Surat Al Fatihah, jadi harus dibaca juga. Ketika membaca Surat Al Fatihah, harus terdengar oleh telinga sendiri, jika tidak maka harus diulang.

5.    Ruku’
Batas minimal membungkuk yang sah untuk ruku’ adalah sekiranya telapak tangan bisa menyentuh lutut

6.    Thuma’ninah
Thuma’ninah adalah diam sejenak (1/2 detik) dengan meletakkan semua anggota tubuh pada tempatnya

7.    I’tidal

8.    Thuma’ninah

9.    Sujud 2x
Ketika sujud harus meletakkan sebagian dari 7 anggota tubuh (dahi, kedua telapak tangan bagian dalam, kedua lutut, jari-jari kedua telapak kaki bagian dalam)

10.  Thuma’ninah
11.  Duduk diantara 2 sujud
Duduk dengan model apapun boleh, akan tetapi yang palig bagus adalah duduk

12.  Thuma’ninah

13.  Duduk untuk tasyahud akhir
Duduk dengan model apapun boleh, akan tetapi yang palig bagus adalah duduk iftirasy

14.  Tasyahud akhir

15.  Sholawat kepada Nabi Muhammad di tasyahud akhir

16.  Salam

17.  Tertib

Wednesday, June 12, 2013

Sholat (Part 4)




Allah Yang Maha Kuasa berfirman
{   وَأَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ   }
“Dan laksanakanlah sholat” (Al Quran Surat Al Baqarah : 43)

58. Diam sejenak diantara doa iftitah dan ta’awudz 
59. Diamnya sekadar bacaan سُبْحَانَ اللَّهُ (1 detik)
60. Membaca ta’awudz, kalimat ta’awudz paling bagus adalah أَعُوْذُ بِا للَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ   
61. Membaca nya dengan suara lirih 
62. Diam sejenak diantara ta’awudz dan Surat Al Fatihah 
63. Diamnya sekadar bacaan سُبْحَانَ اللَّهُ (1 detik)

64. Membaca Surat Al Fatihah (basmalah termasuk surat Al Fatihah jadi harus dibaca) 

65. Menyambung bacaan basmalah dengan hamdalah 
66. Membaca Surat Al Fatihah dengan satu nafas 
67. Setelah selesai membaca Surat Al Fatihah berdoa dengan رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَجَمِيْعِ الْمُسْلِميْنَ 
68. Mengulang kembali (dari awal) Surat Al Fatihah jika dipotong oleh dzikir yang disunnahkan di sholat (misal mengucapkan أَمِيْنَ untuk bacaan Fatihah nya imam ketika sedang membaca Al Fatihah) 
69. Mengeraskan bacaan Surat Al Fatihah ketika rakaat (pertama & kedua ) di sholat tertentu (shubuh, maghrib, isya’, jumat, hari raya, istisqa’ –sholat minta hujan-, khusuf –sholat gerhana bulan-, tarawih & witir berjamaah) 
70. Diam sejenak diantara Surat Al Fatihah dan أَمِيْنَ . 
71. Diamnya sekadar bacaan سُبْحَانَ اللَّهُ (1 detik)
72. Mengucapkan أَمِيْنَ  (artinya “kabulkanlah ya Allah”) 
73. Ditambah  رَبَّ الْعَالَمِيْنَيَا  
74. Memanjangkan huruf hamzah 
75. Memendekkan huruf mim 
76. Mengiringi ucapan أَمِيْنَ imam dengan أَمِيْنَ nya makmum 
77. Berusaha mengiringi ucapan أَمِيْنَ imam dengan أَمِيْنَ nya makmum 
78. Mengeraskan ucapan أَمِيْنَ ketika rakaat (pertama & kedua ) di sholat tertentu (shubuh, maghrib, isya’, tarawih & witir berjamaah) 
79. Diam sejenak diantara أَمِيْنَ dan membaca ayat 
80. Diamnya sekadar bacaan سُبْحَانَ اللَّهُ (1 detik) 
81. Pada rakaat dan sholat tertentu imam memperlama diamnya 
82. Imam memperlama diam nya itu seperti lama nya membaca Surat Al Fatihah (17 detik) agar digunakan waktu tersebut oleh makmum untuk membaca Surat Al Fatihah 
83. Ketika diam nya imam, sebaiknya imam membaca ayat Al Quran atau berdzikir 
84. Imam membacanya dengan lirih 
85. Jika imam membaca ayat Al Quran ketika waktu diam tersebut, maka sebaiknya membaca ayat yang berurutan dengan ayat yang akan dibaca setelahnya
86. Membaca ayat Al Quran 
87. Membaca basmalah terlebih dahulu kecuali jika membaca ayat/Surat Baroah 
88. Ayat yang dibaca selain Surat Al Fatihah 
89. Sebaiknya membaca 3 ayat atau lebih 
90. Sebaiknya membaca Surat yang lengkap daripada membaca beberapa ayat saja 
91. Makmum mendengar bacaan ayat Al Quran dari imam 
92. Bacaan ayat di rakaat pertama lebih panjang dari ayat yang dibaca di rakaat kedua 

93. Bacaan surat rakaat kedua setengahnya atau kurang dari bacaan ayat di rakaat pertama 
94. Mengeraskan bacaan ayat di rakaat & sholat tertentu, kecuali perempuan yang disisinya ada laki-laki bukan mahram 
95. Perempuan disunnahkan mengeraskan bacaan (Surat Al Fatihah, bacaan ayat, dll) & suaranya (takbiratul ihram, takbir untuk ruku’, dll) di rakaat & sholat tertentu, tapi suaranya tidak sekeras suara laki-laki (volume nya dikecilkan sedikit) 
96. Melirihkan suara di rakaat & sholat tertentu 
97. Membaca surat-surat tertentu di sholat-sholat tertentu (misal membaca Surat Al kafirun & Al Ikhlas ketika sholat sunnah ba’diyah maghrib, dll) 
98. Berusaha untuk senantiasa mengamalkan sunnah no. 97 
99. Memotong surat yang tidak disunnahkan pada waktunya (misal baca Surat Al Falaq ketika sholat sunnah ba’diyah maghrib) 
100. Merenungi/tadabbur ayat-ayat Al Quran yang dibaca 
101. Membacanya dengan tartil/tajwid yang bagus


Sholat (Part 3)



Allah Yang Maha Kuasa berfirman
{   وَأَقِيْمُوْا الصَّلَاةَ   }
“Dan laksanakanlah sholat” (Al Quran Surat Al Baqarah : 43)

Rukun-rukun sholat ada 17 (yang ditulis dengan huruf tebal dan miring), berikut penjelasannya beserta sunnah-sunnah sholat yang berjumlah sekitar 500 sunnah :
1. Adzan 
2. Iqomah 
3. Tegak ketika berdiri 
4. Merenggangkan kedua telapak kaki 
5. Merenggangkannya sejengkal 
6. Melihat ke tempat sujud 
7. Selalu melihat ke tempat sujud 
8. Menundukkan kepala (sedikit saja) 
9. menggosok gigi (sebaiknya dengan kayu siwak, kalau tidak bisa maka dengan kain atau sikat gigi) 
10. Menggunakan kopiah 
11. Menggunakan imamah 
12. Menggunakan surban 
13. Membaca ta’awudz( أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ) 
14. Membaca surat An Nas 
15. Meludah (tapi tanpa ludah) ke arah kiri 
16. Disertai dengan membaca رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنَ وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنَ 
17. Jika merasa was-was (diganggu setan), maka meletakkan telapak tangan kanan diatas dadanya 
18. Disertai mengucapkan
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْخَلَّاقِ الْفَعَّالِ إِنْ يَشَأْ يُذْ هِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيْدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيْزٍ
19. Mengucapkan niat dengan lisan  أُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ
20. Disertai menyebut jumlah rakaat ( أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
21. Disertai menyebut menghadap qiblat ( مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ
22. Disertai menyebut karena Allah Ta’ala ( للَّهِ تَعَالَى
23. Disertai menyebut ada’ atau qadha ( أدَاءً / قَضَاءً
24. Imam berniat menjadi imam, kecuali di 4 sholat (a. sholat jum’at b. sholat mu’adah -sholat lagi- c. sholat yang dinadzarkan jama’ah d. sholat jama’ taqdim dikarenakan hujan) 

25. Berdiri bagi yang mampu 
26. Niat di dalam hati ketika mengucapkan Takbiratul Ihram (minimal أُصَلِّىفَرْضَ الظُّهْرِ atau dengan bahasa Indonesia “saya sholat fardhu dhuhur”) 
27. Mengucapkan Takbiratul Ihram ( أللَهُ أَكْبَرُ

28. Tidak menyambung hamzah takbiratul ihram dengan kalimat sebelumnya ( مَأْمُوْمًا اللَّهُ أَكْبَرْ ) 29. Mengangkat kedua tangan ketika mulai mengucapkan takbiratul ihram 
30. Tidak mengangkatnya ke depan 
31. Tidak diangkat ke bahu 
32. Imam mengeraskan suara ketika takbiratul ihram 
33. Tidak memanjangkan atau memendekkan takbiratul ihram  
34. Tidak menutup kedua telapak tangan dengan sesuatu (sarung tangan, dll) 
35. Kedua telapak tangan menghadap qiblat 
36. Merenggangkan jari-jari tangan 
37. Merenggangkannya dengan sedang 
38. Mensejajarkan kedua jempol tangan dengan kedua cuping telinga 
39. Mensejajarkan ujung jari tangan dengan bagian atas telinga 
40. Menundukkan jari-jari tangan (sedikit saja) 
41. Tidak menggenggam kedua telapak tangan 
42. Mensejajarkan kedua telapak tangan dengan kedua bahu 
43. Berhentinya mengangkat kedua tangan diiringi dengan berhentinya bacaan takbiratul ihram 
44. Setelah selesai mengangkatnya, tidak mengebutkan kedua tangan ke kanan-kiri 
45. Meletakkan kedua tangan diantara dada dan pusar 
46. Meletakkannya bersamaan 
47. Sedikit diarahkan ke kiri 
48. Meletakkan telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri 
49. Meletakkannya diatas pergelangan tangan kiri 
50. Telapak tangan kanan menggenggam pergelangan tangan kiri dengan salah satu dari 3 cara (a. jempol di atas, 4 jari sisanya di bawah b. jempol di atas, jari telunjuk dan jari tengah dibentangkan, jari manis dan jari kelingking di bawah c. semua jari dibentangkan) 51. Menggenggam sebagian pergelangan tangan kiri 
52. Menggenggam sebagian lengan bawah 
53. Diam sejenak diantara takbiratul ihram dan doa iftitah 
54. Diamnya sekadar bacaan سُبْحَانَ اللَّهُ (1 detik) 
55. Membaca doa iftitah 
56. Membacanya setelah takbiratul ihram 
57. Membacanya tanpa mengeraskan suara (hanya terdengar oleh telinga sendiri)