Surga

Penghuni Surga abadi di dalam Surga, senantiasa muda, dalam keadaan bahagia, bersandar diatas ranjang, senantiasa dalam keteduhan karena tidak ada matahari, pakaian nya tidak pernah rusak, tidak merasakan lelah, tidak ada rasa dengki terhadap penghuni Surga lainya. Read more

Tuesday, April 9, 2013

Niat

source

       
إنما الاعمال بالنيات  }
“Pahala dan sahnya ibadah (berupa perbuatan maupun perkataan) itu bergantung pada Niat”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Perbuatan dan Perkataan Muslim secara garis besar  terbagi menjadi 3 jenis:
1.       Ibadah, seperti : sholat, membaca Al Quran, dll
2.       Mubah (boleh dilakukan, boleh ditinggalkan), seperti : makan, berbicara, dll.
3.       Maksiat, seperti : mencuri, membentak orang tua, dll.

1.       Ibadah
Sah atau tidaknya ibadah itu bergantung pada niat.
Seperti : orang yang melakukan sholat dhuhur dengan niat “saya sholat fardhu dhuhur” maka sholat dhuhur nya sah, jika tanpa niat itu maka tidak sah.
Berpahala atau tidaknya ibadah itu bergantung pada kelanjutan niat.
Seperti : orang yang melakukan sholat dhuhur dengan niat “saya sholat fardhu dhuhur”, maka sholat nya sah, hanya saja;
·         jika dia sholat karena Allah Ta’ala (seperti : saya sholat fardhu dhuhur karena Allah Ta’ala memerintah saya sholat) maka berpahala,
·         jika tidak (seperti : saya sholat fardhu dhuhur agar dipuji teman) maka dia tidak mendapat pahala, tapi justru berdosa.

2.       Mubah
·         Jika perkara Mubah itu disertai niat baik, maka menjadi Ibadah dan Berpahala.
Seperti : saya makan agar nanti saya bisa belajar dan sholat dengan tenang.
·         Jika tidak disertai niat apapun, maka tetap menjadi Perkara Mubah (boleh dilakukan, boleh ditinggalkan), alias tidak berpahala juga tidak berdosa.
Seperti : orang yang makan agar perut nya kenyang.
·         Jika disertai niat buruk, maka menjadi Maksiat (Berdosa).
Seperti : orang yang makan agar nanti dia bisa mencuri

3.       Maksiat
Maksiat Tetaplah Maksiat, meskipun disertai niat baik.
Seperti : bersedekah dengan uang hasil mencuri.

NB:
Satu ibadah bisa mengandung Banyak Pahala jika disertai banyak niat.
Seperti : saya membaca Al Quran dengan niat ;
1.       Mentaati perintah Allah Ta’ala untuk membaca nya
2.       Mentaati perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membaca nya
3.       Menyinari hati
4.       Menasehati diri dengan Firman Allah Ta’ala
5.       dll
Begitu juga maksiat, Dosa nya Menjadi Banyak jika maksiat itu disertai berbagai macam niat buruk.
Seperti : seseorang mencuri uang ayah nya dengan niat ;
1.       Balas dendam karena dulu ayah nya tidak membelikan nya komputer
2.       Memfitnah kakaknya dengan meletakkan sisa uang (setelah dipakai) tersebut di kamar kakaknya
3.       Merusak hubungan baik antara ayah dan kakaknya

Keinginan

source

    Di dalam diri kita (hati kita) sering kali muncul KEINGINAN/AJAKAN, nah keinginan/ajakan tersebut bisa baik dan buruk. Yang baik dituruti (dilakukan), seperti ingin sholat dhuha, ingin ngaji, dll. Yang buruk dibiarkan (tidak dilakukan), seperti ingin tidur sehari penuh, ingin makan bnyak, dll

    Masalahnya adalah terkadang muncul keinginan yang belum jelas secara langsung oleh kita, alias butuh perenungan & pertimbangan agar terlihat itu KEINGINAN BAIK atau BURUK, untuk dituruti yang baik & ditinggalkan yang buruk
    Pertimbangan tersebut ada 3 cara:
    1. Syariat/ajaran Islam
    Jika menurut ajaran Islam keinginan itu baik (seperti ingin mengaji, ingin membantu orang tua di dapur, dll) maka itu baik; jika tidak, maka tidak baik.

    1. Perbuatan orang shalih
    Jika belum jelas dengan melihat dari sisi ajaran Islam, maka lihatlah, apakah ada orang shalih yang melakukanya, jika ada (seperti ingin menggulung"kan badan di lantai yang panas karena matahari ketika ingin maksiat dengan tujuan agar tidak jadi melakukan kemaksiatan karena ingat panasnya neraka) maka keinginan itu baik,  jika tidak ada atau justru para pelaku maksiat melakukanya (seperti ingin duduk" di warung pangkon meski hanya duduk2 saja) maka itu keinginan buruk.

    1. Kecondongan nafsu
    Jika nafsunya condong (dengan tabiatnya) untuk melakukanya maka itu keinginan buruk, karena nafsu pada asalnya selalu memerintahkan & ingin perkara yg buruk. Tapi jika nafsunya ingin menghindarinya, maka itu keinginan yang baik.
    Contohnya:
    Saya punya keinginan untuk rutin mengisi pengajian dengan beberapa materi; pada pagi hari Tafsir 1 Ayat, pada malam hari Tafsir 1 Hadits. Apakah itu merupakan keinginan baik atau buruk?
    Terkadang muncul keinginan buruk tapi terlihat baik oleh kita karena telah dipoles & dihiasi syetan. Seperti ingin menjadi imam sholat di musholla. Dia menyangka itu keinginan baik, tapi dia lengah bila di dlm dirinya (hatinya) ada penyakit" (suka dipuji orang, suka kedudukan, sombong, riya' -ibadah karena orang lain-, dll). Yang mana bila dia manjadi imam musholla maka penyakit" itu bergejolak dalam dirinya sehingga nafsunya menguasai hatinya. Akibatnya, dia tidak mendapat pahala sholat jamaah malah brdosa dengan berbagai macam maksiat: (1) Sholat karena orang lain (2) Menjadi imam agar dipuji (3) Sombong terhadap makmum (4) Suatu saat jika dia diganti oleh yang lain, dia akan marah karena tidak menjadi imam sholat di musholla lagi.

    Cara membedakan keinginan itu benar" baik atau hanya hiasan syetan dg 4 ciri:
    1. Gampangan/ringan melakukanya, tanpa ada sebab penyemangat berupa keutamaan perbuatan tersebut di dalam hadits misalnya.
    2. Tergesa" melakukanya, bukan dengan hati"
    3. Merasa bisa melakukanya dengan benar, tidak khawatir bila tidak melakukan dengan baik & benar
    4. Langsung dilakukan, Tidak mengecek apakah itu baik atau buruk

    Jika sebelah kirilah yang terjadi, maka keinginan itu adalah tipuan syetan, tapi jika sebelah kanan (stelah koma) yang ada maka keinginan itu benar" baik.
    Jika muncul KEINGINAN, dan setelah dipertimbangkan dengan 3 cara diatas (cukup salah satu saja, jika dengan no.1 sudah ketahuan ya sudah; jika belum, gunakan no.2, jika sudah jelas ya sudah; jika belum gunakan no.3) ternyata itu keinginan yang BAIK, maka jangan lengah, karena mungkin saja itu tipuan syetan. Sehingga kita harus melihat dulu keinginan itu dg 4 CIRI tersebut di atas. Bila ternyata alasan melakukan keinginan itu dengan ringan, tergesa". merasa bisa melakukannya dengan benar, langsung melakukannya; maka itu adalah keinginan buruk yang telah dipoles syetan sehingga tampak baik, seperti yang saya contohkan dalam kasus "ingin jd imam musholla"
    Namun bila kita ingin melakukannya dengan semangat karen mengharap pahala, hati", rasa khawatir tidak bisa melakukanya dengan benar, dipikir lagi sebelum melakukannya, Maka keinginan itu BENAR-BENAR BAIK. Karena gampangan itu sifatnya nafsu, tergesa" itu dari syetan, merasa bisa melakukanya dengan benar itu berarti tidak ada kewaspadaan, langsung melakukan itu ceroboh



Adab Murid kepada Guru

source

Allah Yang Maha Mulia berfirman
فَإِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْأَلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا  }
“Dia berkata ‘jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya kepadamu’.” (Surat Al Kahfi : 70)

Adab pelajar kepada gurunya sangat banyak sekali, diantaranya:
1.    Mencari ilmu tidak cukup hanya berguru (mengandalkan) kepada kitab, karena dikhawatirkan adanya salah cetak dan salah paham lalu tersesat.
Maka melakukan istikharah (minta petunjuk) kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan musyawarah kepada orang shalih agar ditunjukkan guru yang terbaik untukmu, sebelum memulai belajar kepada beliau. Karena jika sudah mulai belajar kepada seorang guru, lalu tidak cocok dan berhenti belajar itu dapat menyakiti perasaan beliau, tentu hal ini dapat mengurangi manfaat dan keberkahan ilmu.
Mencari guru yang shalih, ahli di bidangnya, dan cara mengajarnya bagus.
Lalu mematuhi perintah dan nasehat beliau, sebagaimana pasien mematuhi perintah dokter.

2.    Jika ingin menemui beliau, minta izin terlebih dahulu, lalu mengucapkan salam dan mencium tangannya. Dan tidak meminta izin berkali-kali, akan tetapi jika sekali tidak diberi maka berpamitan karena mungkin beliau sedang sibuk atau tidak ingin ditemui dan diganggu.

3.    Jika memanggil beliau, mendekat kepadanya (tidak memanggilnya dari jauh) dan disertai penghormatan seperti “Ustad A” dan “Pak B”, tidak menyebut namanya saja seperti “A”.

4.    Jika ingin berbicara atau bertanya, minta izin beliau terlebih dahulu dan sebaiknya tidak banyak bicara. Apalagi ketika beliau sedang jenuh atau gelisah maka tidak banyak bertanya.
Tidak menentang perkataan beliau, seperti “akan tetapi, apa yang disampaikan profesor A berbeda dengan yang Bapak sampaikan”.
Tidak tersenyum atau tertawa ketika berbicara dengan beliau. Kecuali jika beliau sedang bergurau, maka tersenyum dengan sopan demi menjaga wibawa dan kehormatannya.

5.    Ketika beliau ada di hadapanmu maka tidak berbicara dengan teman sebelah, tidak menoleh ke kanan-kiri akan tetapi menundukkan pandangan, diam dan sopan sebagaimana ketika sholat, serta tidak bersandar (pada dinding atau tangan).

6.    Jika beliau berbuat atau berkata kasar, maka bersabar, memaafkannya, dan melupakan kekasarannya, lalu mengembalikan itu semua kepada diri sendiri (“mungkin beliau kasar kepadaku karena beliau sedang ada masalah” atau “ini salah saya karena masih kurang sopan kepada beliau”).

7.    Jika beliau datang atau berdiri dari tempat duduknya, maka berdiri untuk menghormatinya, dan tidak menarik pakaiannya, serta tidak berbicara atau bertanya kepadanya, akan tetapi menunggu beliau sampai di tempat duduknya atau rumahnya.

8.    Jika berjalan, berada di belakang beliau siang hari, di depannya pada malam hari. Dan melindunginya dari desakan. Jika diajak bicara, maka berada di sisi kanan beliau dan sedikit kebelakang.

9.    Tidak berburuk sangka kepada beliau jika melakukan perbuatan yang menurutmu itu melanggar agama. Karena kamu belum mengetahui benar atau salah yang sesungguhnya, disebabkan keterbatasan ilmu kamu.

10. Meyakini bahwa beliau telah sempurna, agar senantiasa semangat belajar dan tidak meremehkannya.

11. Melayani beliau sebagaimana pembantu melayani majikannya, dan berusaha untuk mencari ridhanya (kerelaannya), serta senantiasa menghormati beliau dan keluarganya.

12. Tidak melupakan jasa beliau, mendoakannya, menziarahi kuburnya, beramal atas nama beliau agar pahalanya bertambah dan dosa-dosanya diampuni.

13. Dan lain-lain.

NB : tidak beradab kepada guru adalah salah satu penyebab sulit memahami dan menghafal pelajaran, ilmu tidak bermanfaat, hidup sengsara, berdosa, dll.

Berbakti pada Orang Tua

source

Allah Yang Maha Bijaksana befirman
{   وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا   }
"Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tua nya” (Surat Al ‘Ankabut : 8)
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
{   فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا   }
“Maka berbaktilah kepada orang tuamu” (diriwayatkan Imam Muslim)

Berbakti kepada orang tua hukumnya wajib (dilaksanakan mendapat pahala, jika ditinggalkan berdosa)
Adab kepada orang tua :
1.       Menundukkan kepala kamu dan tidak memandang ke wajah orang tua kamu ketika di hadapan nya
2.       Jika melihat kepada orang tua kamu, maka melihat dengan pandangan/ekspresi yang menunjukkan rasa hormat dan sopan (tidak dengan ekspresi marah, melirik, cemberut, atau berpaling muka)
3.       Mendengar ucapan beliau, meskipun berupa cacian (tanpa membalas cacian nya)
4.       Meminta izin orang tua kamu untuk berbicara jika kamu dihadapan nya
5.       Tidak mengeraskan suara kamu diatas suara orang tua kamu
6.       Memenuhi panggilan beliau dengan sopan (“iya Ayah”, jangan “iya-iya Jon”)
7.       Tidak menyebut nama beliau
8.       Berdoa untuk orang tua kamu (agar beliau meninggal dengan husnul khatimah, masuk surga firdaus tanpa hisab/perhitungan bersama orang-orang shalih, dll) setiap selesai shalat lima waktu
9.       Tidak menyebut-nyebut kebaikan yang telah kamu lakukan kepada beliau, karena itu menyakiti hatinya
10.   Meminta izin beliau jika ingin pergi ke suatu tempat
11.   Memberinya nafkah, makanan, minuman, pakaian, dll jika beliau membutuhkan nya
12.   Berdiri ketika orang tua kamu berdiri sebagai penghormatan baginya
13.   Jika berjalan berada di belakang beliau, tidak berada di depan atau sisi nya, kecuali jika diperlukan (ex : memastikan kalau jalan nya aman, dipanggil, dll)
14.   Mematuhi semua perintah beliau, kecuali jika makruh (disuruh buang angin di masjid) atau haram (disuruh mencuri)
15.   Melayani orang tua kamu dengan dirimu sendiri (tidak dengan pembantu, panti asuhan, dll)
16.   Senantiasa mengharap ridha (kerelaan) beliau dengan perbuatan dan perbuatan

Jika orang tua kamu telah meninggal, maka adab kepada nya adalah :
1.       Shalat jenazah kepada orang tua kamu
2.       Berdoa untuk beliau (semoga masuk surga firdaus tanpa hisab/perhitungan bersama orang-orang shalih, dll)
3.       Menebus semua tanggungan yang pernah ditinggalkan beliau (shalat lima waktu, puasa ramadhan, hutang, janji, dll)
4.       Menyambung silaturahim yang biasa orang tua kamu lakukan (kepada paman, bibi, saudara, dll)
5.       Menghormati sahabat beliau
6.       Jadilah orang yang shalih (melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Nya) karena itulah yang paling diharapkan orang tua kamu

Ingat :
1.       Jika kamu menghormati orang tua kamu, maka rezeki mu lancar, umur mu dipanjangkan dan engkau dikaruniai anak yang shalih. Jika kamu tidak menghormatinya, maka yang terjadi adalah sebaliknya
2.       Tidak mendoakan orang tua kamu dapat menyebabkan hidupmu susah
3.       Durhaka kepada orang tua siksanya tidak ada penundaan (dilakukan di dunia)

Friday, April 5, 2013

Kelebihan Lelaki Atas Perempuan


    Laki" (suami) itu sebagai pelindung bagi perempuan (isteri) seperti pemimpin melindungi (mengurus) rakyatnya. Maka suamilah yang menyediakan kebutuhan (yang positif) bagi perempuan (makan, tempat, pakaian, dll), mengaturnya, mendidiknya, dan berusaha menjaganya.
    'Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki") atas sebagian yang lain (perempuan)'
    Kelebihan laki" meliputi beberapa perkara:
    1. Akal
    Biala diajak berfikir dan musyawwarah, maka laki"lah yang tepat

    1. Pengaturan
    Mengatur berbagai hal, rencana, dan sebagainya
    Untuk kedua hal tersebut, biasanya perempuan itu bila diajak berfikir dan mengatur sesuatu sering kali tidak tetap pada pendiriannya, plin plan, lebih cendrung menggunakan perasaan daripada otak/akal sehingga hasil sarannya kurang tepat.
    Hadis:
    'Ajaklah perempuan itu musyawarah, lalu lakukanlah kebalikan dari saran mereka (perempuan)"

    1. Kekuatan
    Lelaki lebih kuat secara fisik.

    1. Ibadah
    Laki" tidak mengalami menstruasi. Sehingga bisa melaksanakan sholat, puasa sepanjang waktu

    1. Menampakkan ajaran islam
    Sholat jamaah itu fardhu kifayah (wajib atas perwakilan laki" di setiap daerah) atas laki" (bukan perempuan, karena perempuan itu sifatnya tertutup agar para laki" tidak tergoda & menjadi buas, nanti ujung"ny perkosaan, dll na'udzu billah) untuk menampakkan ajaran islam (sholat) kepada manusia.

    1. Menjadi wali
    Laki" bisa menjadi wali nikah, perempuan tidak bisa

    1. Menjadi saksi
    Saksi di hadapan hakim adalah laki", bukan perempuan (dalam Islam, jarang sekali perempuan diperbolehkan menjadi saksi)

    1. Jihad
    Laki" yang diperintahkan berangkat untuk berjihad

    1. Sholat jumat
    Hanya laki" yang diwajibkan sholat Jumat

    1. Hak waris
    Kadar laki" adalah 2x (dua kali) kadar waris perempuan, karena laki" butuh menafkahi sendiri, istri dan anak. Sedangkan perempuan tidak butuh itu bila sudah bersuami (semuanya suami yang menyediakan)

    1. Nasab anak
    Nasab seorang anak adalah ke ayah, bukan ke ibu

    1. Agama
    Laki" lebih tahu agama dari pada perempuan

    12 kelebihan di atas itu alami (sudah melekat pada diri laki" umumnya tanpa butuh untuk mencarinya). Ada kelebihan yang dimiliki laki" (suami) yang tidak dimiliki perempuan (istri), tapi kelebihan itu tidak alami alias butuh dicari
    Dijelaskan di ayat setelahnya
    وبما أنفقوا من أموالهم
    "Dan karena mereka (suami) telah membrikan nafkah (dan mahar) dari harta mereka (suami)"


Tuesday, April 2, 2013

Sombong



Allah ta’ala berfirman :
{إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِيْنَ   }
 “Sesungguhnya Allah tidak meyukai orang-orang yang sombong (Surat An Nahl, Ayat 23).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
{ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ  }
Sombong adalah menolak kebenaran dan menghina manusia” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Hukum sombong adalah haram (ditinggalkan mendapat pahala, jika dilakukan mendapat dosa).
Maka barang siapa yang merasa dirinya lebih baik (lebih pintar, lebih tampan/cantik, atau yang lainya) dan menghina orang lain, atau menolak kebenaran padahal dia mengakuinya, Dia adalah Orang Yang Sombong
Sombong terbagi menjadi 2 bagian:
1.       Sombong di dalam
Yaitu merasa di dalam hatinya bahwa dirinya lebih baik dari yang lain dan menghina orang lain, tanpa disertai perbuatan atau perkataan.
2.       Sombong di luar
Yaitu perbuatan atau perkataan yang menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari yang lain dan menghina orang lain, atau menolak kebenaran padahal dia mengakuinya.
Seperti : berbicara dengan keras/membentak, tidak mau menerima nasehat, dll.

Sesuatu yang disombongkan itu ada 7 perkara, berikut penjelasannya beserta obatnya (cara mengatasinya):
1.       Ilmu pengetahuan. Obatnya : menyadari bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, tidak hanya sekedar tahu “ini wajib, ini haram” tapi tidak diamalkan. Bahkan dosanya orang yang berilmu itu lebih besar daripada orang yang tidak berilmu, karena orang yang berilmu ketika bermaksiat dalam keadaan tahu bahwa itu maksiat/haram.
2.       Ibadah dan pekerjaan. Obatnya : menyadari bahwa ibadah dan pekerjaan yang baik adalah yang diterima oleh Allah ta’ala meskipun cuma sedikit dan biasa-biasa saja. Bukan ibadah yang banyak tapi tidak sah atau pekerjaan yang keren tapi tidak halal (ex : korupsi di kantor, dll).
3.       Nasab/keturunan. Obatnya : menyadari bahwa orang tua yang shalih atau terkenal tidak bisa memasukkanya ke dalam surga dan menyelamatkannya dari neraka, karena di akhirat nanti segala sesuatunya bergantung pada ibadah yang diterima di sisi Allah ta’ala, bukan keturunan.
4.       Ketampanan/kecantikan. Obatnya : menyadari bahwa ketampanan/kecantikan hanyalah sementara, setelah itu menjadi jelek, lalu menjadi mayat yang dimakan ulat di kuburan, apalagi kalau hatinya ternyata busuk karena dipenuhi penyakit hati (ex : sombong, dengki, dll), tentu orang lain akan menjauhinya jika tahu sifat-sifat burukya itu.
5.       Harta. Obatnya : menyadari bahwa harta itu sesuatu yang tidak melekat pada dirinya, kalau saja hartanya lenyap karena dicuri atau terkena banjir, tentu dirinya menjadi miskin dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apalagi surga tidak bisa dibeli dengan harta.
6.       Kekuatan. Obatnya : menyadari bahwa sebenarnya dirinya itu lemah dan tidak bisa apa-apa, buktinya ketika Allah Yang Maha Kuasa mengujinya dengan penyakit (ex : sakit kepala) atau musibah (ex : gempa), tentu dia tidak bisa berbuat apapun.
7.       Pengikut. Obatnya : menyadari bahwa pengikutnya tidak bisa memberikan bantuan apapun ketika datang penyakit dan musibah, karena mereka hanyalah makhluk yang lemah. Apalagi jika pengikut-pengikutnya tahu bahwa mereka hanya diperalat, tentu mereka akan menjauh darinya.
Itu adalah obat dari sisi ilmu (menyadari), sedangkan dari sisi amal (perbuatan) adalah dengan memaksa dirinya untuk meniru sifat rendah hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti : sopan dengan orang yang bodoh atau jelek, tidak menyebut-nyebut jumlah ibadah yang telah dilakukan atau jenis pekerjaannya, tidak menjelaskan identitas orang tuanya,  duduk bersama orang-orang miskin, menolong yang lemah, membawa sendiri barang bawaan dari pasar, dll.