Allah ta’ala berfirman :
{إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِيْنَ }
“Sesungguhnya
Allah tidak meyukai orang-orang yang sombong” (Surat An Nahl, Ayat 23).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
{ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ }
“Sombong adalah menolak kebenaran
dan menghina manusia” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Hukum
sombong adalah haram (ditinggalkan mendapat pahala, jika dilakukan mendapat
dosa).
Maka barang siapa yang merasa dirinya lebih baik
(lebih pintar, lebih tampan/cantik, atau yang lainya) dan menghina orang lain, atau
menolak kebenaran padahal dia mengakuinya, Dia adalah Orang Yang
Sombong
Sombong terbagi menjadi 2 bagian:
1. Sombong di dalam
Yaitu
merasa di dalam hatinya bahwa dirinya lebih baik dari yang lain dan menghina orang
lain, tanpa disertai perbuatan atau perkataan.
2. Sombong di luar
Yaitu
perbuatan atau perkataan yang menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari yang
lain dan menghina orang lain, atau menolak kebenaran padahal dia mengakuinya.
Seperti
: berbicara dengan keras/membentak, tidak mau menerima nasehat, dll.
Sesuatu yang disombongkan itu ada
7 perkara, berikut penjelasannya beserta obatnya (cara mengatasinya):
1. Ilmu pengetahuan. Obatnya : menyadari bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
diamalkan, tidak hanya sekedar tahu “ini wajib, ini haram” tapi tidak
diamalkan. Bahkan dosanya orang yang berilmu itu lebih besar daripada orang
yang tidak berilmu, karena orang yang berilmu ketika bermaksiat dalam keadaan
tahu bahwa itu maksiat/haram.
2. Ibadah dan pekerjaan. Obatnya : menyadari bahwa ibadah dan pekerjaan yang baik adalah
yang diterima oleh Allah ta’ala meskipun cuma sedikit dan biasa-biasa saja.
Bukan ibadah yang banyak tapi tidak sah atau pekerjaan yang keren tapi tidak
halal (ex : korupsi di kantor, dll).
3. Nasab/keturunan. Obatnya : menyadari bahwa orang tua yang shalih atau terkenal
tidak bisa memasukkanya ke dalam surga dan menyelamatkannya dari neraka, karena
di akhirat nanti segala sesuatunya bergantung pada ibadah yang diterima di sisi
Allah ta’ala, bukan keturunan.
4. Ketampanan/kecantikan. Obatnya : menyadari bahwa ketampanan/kecantikan hanyalah
sementara, setelah itu menjadi jelek, lalu menjadi mayat yang dimakan ulat di
kuburan, apalagi kalau hatinya ternyata busuk karena dipenuhi penyakit hati (ex
: sombong, dengki, dll), tentu orang lain akan menjauhinya jika tahu
sifat-sifat burukya itu.
5. Harta. Obatnya : menyadari bahwa harta itu sesuatu yang tidak melekat
pada dirinya, kalau saja hartanya lenyap karena dicuri atau terkena banjir,
tentu dirinya menjadi miskin dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apalagi surga
tidak bisa dibeli dengan harta.
6. Kekuatan. Obatnya : menyadari bahwa sebenarnya dirinya itu lemah dan tidak
bisa apa-apa, buktinya ketika Allah Yang Maha Kuasa mengujinya dengan penyakit
(ex : sakit kepala) atau musibah (ex : gempa), tentu dia tidak bisa berbuat
apapun.
7. Pengikut. Obatnya : menyadari bahwa pengikutnya tidak bisa memberikan
bantuan apapun ketika datang penyakit dan musibah, karena mereka hanyalah
makhluk yang lemah. Apalagi jika pengikut-pengikutnya tahu bahwa mereka hanya
diperalat, tentu mereka akan menjauh darinya.
Itu adalah obat dari sisi ilmu (menyadari), sedangkan dari sisi amal (perbuatan) adalah dengan memaksa dirinya untuk meniru sifat rendah hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti : sopan dengan orang yang
bodoh atau jelek, tidak menyebut-nyebut jumlah ibadah yang telah dilakukan atau
jenis pekerjaannya, tidak menjelaskan identitas orang tuanya, duduk bersama orang-orang miskin, menolong
yang lemah, membawa sendiri barang bawaan dari pasar, dll.
No comments:
Post a Comment